
KAMI
ALTERAKSI adalah program yang menggunakan film dan metode fasilitasi sebagai alat bantu untuk membicarakan sekaligus mengalami beragam opini, pandangan, perasaan, dan pemikiran mengenai persoalan keragaman, keadilan, dan inklusi sosial dalam hidup sehari-hari.
​
Merupakan program BESIBERANI—inisiatif interferensi sosial melalui medium film—sejak 2018, Alteraksi hendak melahirkan perspektif dan aksi baru atas dinamika hidup sehari-hari.
PENGGAGAS
Terlibat dalam dunia seni dan budaya sejak 2003, terutama terkait publikasi, komunikasi, dan pendidikan dalam arti luas. Ia pernah menjadi editor jurnal populer ruang publik kota karbonjournal.org (2007–2014) dan majalah kehidupan pria Bung! (2011–2012) terbitan ruangrupa; serta mengelola Kelas Penulisan dan Kuratorial Seni Rupa (kerjasama Institut ruangrupa dan Dewan Kesenian Jakarta, 2015 dan 2016). Saat ini, ia bekerja paruh waktu sebagai staf seni, media, dan komunikasi di Yayasan Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia; dan merupakan salah seorang dosen Bahasa Indonesia di Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera. Selain itu, ia bekerja lepas sebagai editor, penulis, dan desainer untuk berbagai materi publikasi, komunikasi, presentasi, kampanye, dan pameran; serta sesekali menjadi koordinator riset arsip.
Turut mendirikan Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK) pada 1998 dan menjadi peneliti di sana hingga 2011 karena ditugaskan untuk merintis dan menjadi Ketua Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera sampai 2014. Sejak 2001, ia mengembangkan program pelatihan dan fasilitasi pembelajaran hukum yang mengoptimalkan medium seni dan proses kreatif yang menjadi dasar proses belajar di Jentera. Mulai 2014, ia bekerja di lembaga sosial internasional, The Asia Foundation, sebagai staf program dan fasilitator pengembangan kapasitas organisasi masyarakat sipil. Pada 2015, bersama dua kawannya, ia mendirikan lembaga yang menyediakan jasa fasilitasi pertemuan dan pembelajaran organisasi. Ia pernah bekerja di Knowledge Sector Initiative, sebuah program pendanaan sosial untuk sektor pengetahuan Indonesia, sebagai staf program senior dan fasilitator untuk inovasi dan pengembangan kebijakan. Saat ini, ia masih mengajar di Jentera dan mengembangkan beberapa inisiatif lain terkait pemajuan kebudayaan dan pengelolaan pengetahuan.
Terlibat dalam kegiatan perfilman Indonesia sejak 2004, terutama sebagai produser dan manajer program. Ia pernah tergabung dalam Jakarta International Film Festival (JiFFest), ECCO Films Indonesia, Indonesian Film Centre Foundation, Europe on Screen Film Festival, dan In-Docs. Pada 2017–2018, ia menjadi manajer kineforum, program pemutaran film alternatif dari Komite Film – Dewan Kesenian Jakarta. Selain terlibat dalam produksi film panjang perdana ECCO Films Indonesia, Jermal (2008), ia juga terlibat dalam berbagai produksi film pendek—baik fiksi maupun dokumenter, dengan pembuat film Indonesia maupun internasional. Di antaranya, Payung Merah (2010), Dino (2013) dan Stories of Recovery: 10 Years after Tsunami (2014). Saat ini, ia berkonsentrasi mengembangkan kemungkinan-kemungkinan baru dan bekerja dengan nama-nama baru dalam produksi film.