top of page

AGENDA LALU

ALTERAKSI di FGD "Voice" - FFD

Bagian dari kegiatan Focus Group Discussion yang diadakan oleh Festival Film Dokumenter (FFD) dan Voice Global,.
Ibis Budget Hotel Cikini, 16 Maret 2019

Sabtu, 16 Maret 2019, FFD bekerjasama dengan Voice Global menggelar Focus Group Discussion (FGD). Peserta kegiatan khusus ini adalah para perwakilan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang bergerak di isu disabilitas, dari empat daerah target program Voice Global, yaitu dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

 

Dalam FGD ini, program Alteraksi dihadirkan untuk membantu para peserta dalam mengeksplorasi narasi personal dan perspektif lokal daerah penyandang disabilitas. Output dari FGD ini akan dijadikan gagasan utama dan acuan dalam pembuatan film dokumenter yang menggunakan teknologi virtual reality (VR).

​

Alteraksi kali ini mengajak para peserta untuk menonton film Wan An, sebuah film pendek dari Indonesia, karya Yandy Laurens, produksi tahun 2012. Selepas film, para peserta saling berbagi cerita, perasaan dan pandangan dalam Tukar Pandang. Difasilitasi oleh Rival Ahmad, setiap peserta .....

​

Dengan kartu Lontar Suara, setiap peserta bisa langsung mengenal peserta lain lebih daripada sekadar nama dan profesi. Jawaban peserta beragam. Ada yang bilang dirinya terlalu berterus terang, terlalu keras berpendapat, terlalu pendiam, sulit bertutur runut, tidak percaya diri, sensitif, penyendiri, dan sering memendam emosi dan ekspresi. Ada pula yang bilang dirinya terlalu mengandalkan diri sendiri, punya kesabaran yang tinggi.

​

Setelah sesi perkenalan, peserta diminta membentuk empat kelompok. Mengambil topik film SOIna, kami mulai bertukar pandang, diawali dengan menanyakan apa prestasi penonton pada masa kecil yang paling dibanggakan. Ada penonton yang bangga karena pernah mendapat nilai terbaik dalam Ujian Nasional, menjadi juara angkat beban di Para Games, juga bangga karena setelah kuliah dan jauh dari orangtuanya justru jadi lebih peduli lingkungan. Jawaban-jawaban tersebut kemudian dikaitkan dengan pertanyaan kedua: faktor-faktor pendukung—individu, keluarga, dan komunitas atau lingkungan—yang membuat mereka bisa mencapai prestasi itu. Dari sini, peserta diajak bersama-sama mengenali apa saja faktor pendukung yang terkait dengan disabilitas.             

    

Semua sesi tersebut merupakan pemanasan bagi sesi puncak: setiap kelompok diminta untuk mengidentifikasi apa saja yang sudah ada dan apa saja yang masih kurang dalam pelayanan publik dan kebijakan terkait disabilitas di Indonesia. Juru bicara setiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Hasilnya adalah beragam catatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kebijakan terkait disabilitas. Salah satunya, menjadikan seluruh transportasi yang ramah bagi penyandang disabilitas, penyediaan bahasa isyarat di televisi publik, maupun pelibatan penyandang disabilitas dalam musyawarah desa. Dalam hal kebijakan, salah satunya, perancangan berbagai peraturan turunan dari UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas.

 

Pada akhir sesi, peserta menuliskan kesan mereka atas proses fasilitasi ini sebelum foto bersama. Banyak dari mereka merasa senang karena proses tersebut menciptakan interaksi yang berarti, menghimpun pengetahuan baru, serta membuka kemungkinan kerjasama dengan pihak lain. 

MITRA KOLABORASI

forumFD.png
Logo_FFD.png
bottom of page